Batu Menangis.docx
Short Description
Batu Menangis. Kemudian ibunya meminta putrinya untuk menemaninya ke pasar. gadis itu meminta ibunya untuk membeli gaun ...
Description
The Legend of Batu Menangis In a village, there lived a mother and her daughter. Her daughter was very beautiful, but she had very bad behavior. She was very lazy to help her mother work. Every day the girl was just spending her time by beautifying herself and admiring her beauty in the mirror, while her mother had to work hard to earn a living to support their life. Besides lazy, she was also very spoiled. She always asked to be given something and if she wasn’t, she would cry. Of course, that situation made her mother sad but somehow she still loved her daughter. One day, the girl asked her mother to buy new gown for her. At first, her mother rejected her request because she did not have enough money. Nevertheless, because her mother was forced to obey her request, she fulfilled her daughter request. Then her mother asked her daughter to accompany her to the market. “All right, but I do not want to walk beside you. You should walk behind me, I’m embarrassed if others see me “she said. Although her mother was sad, she continued to obey her request. So they went to the market to buy gown for her daughter. The girl was walking in front while her mother was walking behind her and carrying a basket on their way to the market. Although they were a mother and a daughter, they looked very different. As if they did not come from the same family. Even, they looked like a boss and a maid. How couldn’t be like that? Her daughter dressed up beautifully and wore a very nice gown. While her mother looked old and wore very simple dress. On the way to the market, a man greeted them. “Hey pretty girl, is that your mother?” asked the man. “Of course she is not. She is my servant, “said the girl. His mother was sad to hear her answer. But she was silent though her heart was crying. Along the street the beautiful girl kept being asked by people about his mother. But the girl always said that the old woman behind her was her assistant. Finally, the mother could not bear any longer to hear the answer that comes out of her daughter mouth. Then she prayed to god “Lord, punish this ungrateful child,” she said. Immediately the girl’s legs turned to be stone. The change came slowly from her feet up to her head. Seeing his legs turned to be a stone, the girl screamed “ohhhh no! What happened to my legs?” She shouted. Then she cried and realized that she had done something bad to her mother. “Mom,! Forgive me. Please forgive me! “She cried in panic. The girl kept crying and crying but it was too late. The whole body eventually became a stone. Her mother was sad to see what happened to her daughter but she could not do anything else. Although she had become the rock completely, people can still see her tears. That was why the stone named Batu Menangis.
Legenda Batu Menangis
Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang ibu dan putrinya. Putrinya itu sangat cantik, tapi dia memiliki perilaku yang sangat buruk. Dia sangat malas untuk membantu pekerjaan ibunya. Setiap hari gadis itu hanya menghabiskan waktunya dengan mempercantik dirinya dan mengagumi kecantikannya di cermin, sementara ibunya harus bekerja keras untuk mencari nafkah untuk mendukung kehidupan mereka. Selain malas, dia juga sangat manja. Dia selalu meminta untuk diberikan sesuatu dan jika dia tidak diberikan, dia akan menangis. Tentu saja, situasi ini membuat ibunya sedih tapi bagaimanapun juga dia masih mencintai putrinya. Suatu hari, gadis itu meminta ibunya untuk membeli gaun baru untuknya. Pada awalnya ibunya menolak permintaannya karena dia tidak punya cukup uang. Namun, karena ibunya dipaksa menuruti permintaannya, ia memenuhi permintaan putrinya. Kemudian ibunya meminta putrinya untuk menemaninya ke pasar. “Baiklah, tapi aku tidak ingin berjalan di samping ibu. ibu harus berjalan di belakangku, aku malu jika orang lain melihat” katanya. Meskipun ibunya sedih, ia terus mematuhi permintaannya. Jadi mereka pergi ke pasar untuk membeli gaun untuk putrinya. Gadis itu berjalan di depan sementara ibunya berjalan di belakangnya dan membawa keranjang dalam perjalanan mereka ke pasar. Meskipun mereka adalah ibu dan anak, mereka tampak sangat berbeda. Seolah-olah mereka tidak berasal dari keluarga yang sama. Bahkan, mereka tampak seperti bos dan pembantu. Bagaimana tidak bisa seperti itu? Putrinya berpakaian indah dan mengenakan gaun yang sangat bagus. Sementara ibunya tampak tua dan mengenakan pakaian yang sangat sederhana. Dalam perjalanan ke pasar, seorang pria menyapa mereka. “Hei gadis cantik, apakah itu ibumu?” tanya pria itu. “Tentu saja bukan. Dia adalah pelayanku,” kata gadis itu. Ibunya sedih mendengar jawabannya. Tapi dia diam meskipun hatinya menangis. Sepanjang jalan gadis cantik terus ditanyai oleh orang-orang tentang ibunya. Tapi gadis itu selalu mengatakan bahwa wanita tua di belakangnya adalah asistennya. Akhirnya, sang ibu tidak tahan lagi mendengar jawaban yang keluar dari mulut putrinya. Lalu ia berdoa kepada Tuhan “Tuhan, hukumlah anak tidak tahu berterima kasih ini,” katanya. Segera kaki gadis itu berubah menjadi batu. Perubahan itu datang perlahan-lahan dari kakinya hingga kepalanya. Melihat kakinya berubah menjadi batu, gadis itu berteriak “ohhhh tidak! Apa yang terjadi dengan kakiku?” Dia berteriak. Lalu dia menangis dan menyadari bahwa ia telah melakukan sesuatu yang buruk terhadap ibunya. “Ibu,! Maafkan aku. Maafkan aku!” Dia menangis panik. Gadis itu terus menangis dan menangis, tapi sudah terlambat. Seluruh tubuh akhirnya menjadi batu. Ibunya sedih melihat apa yang terjadi pada putrinya tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Meskipun ia telah menjadi batu seluruhnya, orang masih bisa melihat air matanya. Itulah sebabnya batu itu bernama Batu menagis.
Roro Jonggrang
Once upon a time, there was a prince named Raden Bandung Bondowoso, a son of Prabu Damar Moyo, a king of Pengging kingdom. Raden Bandung Bondowoso was strong and powerful. He was also a fine soldier and commander which always led his army won in every battle. It was why Pengging became powerful and prosperous kingdom. Not far from Pengging kingdom, there was another kingdom named Keraton Boko. Kearton Boko kingdom was ruled by a king named Prabu Boko and his minister named Patih Gupalo. Both of them were giants who ate men. Even though Prabu Boko was a giant; he had a very beautiful daughter named Roro Jonggrang. One day, Keraton Boko kingdom wanted to attack the Penggging kingdom. Parbu Boko wanted to expand his kingdom territory to make his kingdom more powerful and prosperous. Prabu Boko and Patih Gupalo together with whole soldiers marched to the Pengging Kingdom. However, Raden Bandung Bondowoso had prepared his army to defend Pengging kingdom. The huge battle between Keraton Boko and Pengging could not be stopped anymore. Radeng Bandung Bondowoso was fine soldier and commander. Not only strong and powerful, he was also smart in making a strategy to win the battle. Because of Raden Bandung Bondowoso’s strategy, the battle ended quicker than predicted. Keraton Boko’s army was cornered and annihilated. Prabu Boko was also died in the battle. Seeing his army was losing the battle, Patih Gupalo and the remaining soldiers retrieved from the battle and run back to Keraton Boko. However, Raden Bandung Bondowoso knew it. He then decided to hunt them down to the Keraton Boko and caught them. As he arrived in Keraton Boko, Patih Gupalo told everything to princess Roro Jonggrang, including her father death. He also told her that Raden Bandung Bondowoso would come and destroyed Keraton Boko. Roro Jonggrang was sad but she needed to make an action to save her kingdom. Raden Bandung Bondowoso finally arrived in Keraton Boko not long after Patih Gupalo. When he wanted to destroy Keraton Boko to draw out Patih Gupalo, Roro Jonggrang showed herself in front of Raden Bandung Bondowoso. “Stop.. Stop it.. Please stop it. It’s enough.” Roro Jonggrang scream. Raden Bandung Bondowoso stood still. He had just heard the most beautiful voice he had ever heard. He looked at Roro Jonggrang and her beauty chilled his heart. He fell in love with her.
“Please stop. It’s enough. Please don’t destroy this kingdom. You’ve killed my father. Should it be enough? Please, end this war. I promise I will take no revenge.” Cried Roro Jonggrang. “You are Roro Jonggrang, the daughter of Parbu Boko, aren’t you? So, the rumor is true. Your beauty is beyond compare. I will end this war right at the moment, but you should be my wife.” Proposed Radeng Bandung Bondowoso.
Roro Jonggrang did not want to marry Raden Bandung Bondowoso, the man who killed her own father. But she did not have other option to save her kingdom. If she rejected Raden Bandung Bondowoso’s proposal, the kingdom would be destroyed and everyone would die. But if she accepted the proposal, she would live her whole life with the man who killed her father. She taught for a while and came out with an idea. “I will accept your proposal and I will marry you. But I want you to make something for me. I want you to make a well and a thousand temples within a night. If you can finish it, I promise I will accept your proposal.” Promise Roro Jonggrang. Raden Bandung Bondowoso could not reject it. He had fallen in love with her. With all his strength and power, he summoned genies to help him. He started to make a well then continued to make a thousand temples. He worked so hard. He was sure; he could finish them even before dawn. Worried that Raden Bandung Bondowoso would finish the work. Roro Jonggrang ordered girls to pound rice and burn stubbles in the east as sign that the morning had come. Raden Bandung Bondowoso surprised. He felt that it was not morning yet. He stopped his work and counted the temples. The total temples made were only 999 temples. Roro Jonggrang was happy; Raden Bandung Bondowoso could not finish his job. So she rejected Raden Bandung Bondowoso’s proposal. Raden Bandung Bondowoso smelt something fishy. He believed that it was not morning yet. Knowing Roro Jonggrang lied to him, Raden Bandung Bondowoso was mad. He was mad because Roro Jonggrang did not appreciate what he had done. Angrily, he cursed Roro Jonggrang into a statue to complete his work. Roro Jonggrang then transformed become a stone statue. The statue Roro Jonggrang exists until now in Candi Prambanan site, Central Java.
Roro Jonggrang Suatu ketika, tersebutlah seorang pangeran bernama Raden Bandung Bondowoso, anak dari Prabu Damar Moyo, raja dari kerajaan Pengging. Radeng Bandung Bondowoso adalah pangeran yang kuat dan sakti. Dia juga adalah prajurit dan komandan yang tangguh yang selalu membawa tentaranya menang di setiap pertempuran. Itu lah mengapa Pengging menjadi kerajaan yang kuat dan sejahtera. Tidak jauh dari kerajaan Pengging, terdapat kerajaan lain yang bernama Keraton Boko. Kerajaan Keraton Boko dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Boko dan patihnya bernama Patih Gupalo. Mereka berdua adalah raksasa pemakan manusia. Walaupun Prabu Boko adalah seorang raksasa, dia memiliki puteri yang sangat cantik bernama Roro Jonggrang. Suatu hari, kerajaan Keraton Boko ingin menyerang kerajaan Pengging. Prabu Boko ingin memperluas wilayah kerajaannya untuk membuat kerajaannya lebih kuat dan sejahtera. Prabu Boko dan Patih Gupalo bersama dengan seluruh tentaranya berbaris menuju kerajaan Pengging. Akan tetapi, Raden Bandung Bondowoso
telah
menyiapkan
tentaranya
untuk
mempertahankan
kerajaan
Pengging. Pertarungan bersar anatara Keraton Boko dan Pengging pun tidak bisa dihentikan lagi. Raden Bandung Bondowoso adalah prajurit dan komandan yang tangguh. Tidak hanya kuat dan sakti, dia juga pintar dalam membuat strategi untuk memenangkan
peperangan.
Karena
strategi
Raden
Bandung
Bondowoso
pertaruangan berakhir lebih cepat daripada yang diprediksi. Tentara Keraton Boko terpojok dan dihancurkan. Prabu Boko juga tewas dalam pertempuran. Melihat tentaranya kalah dalam perang, Patih Gupalo dan tentara yang tersisa mundur dari peperangan dan kembali ke Keraton Boko. Namun, Radung Bandung Bondowoso mengetahuinya. Dia kemudian memutuskan untuk mengejarnya ke Keraton Boko untuk menangkapnya. Setibanya di Keraton Boko, Patih Gupalo menceritakan semuanya kepada puteri Roro Jonggrang, termasuk kematian ayahnya. Dia juga menceritakan bahwa Raden Bandung Bondowoso akan datang dan menghancurkan Keraton Boko. Roro Jonggrang sedih tetapi dia harus membuat tindakan untuk menyelamatkan kerajaannya. Raden Bandung Bondowoso akhirnya tiba di Keraton Boko tidak lama setelah Patih Gupalo. Ketika he ingin menghancurkan Keraton Boko untuk menarik keluar Paith Gupalo, Roro Jonggrang menunjukan dirinya dihadapan Raden Bandung Bondowoso. “Hentikan.. Hentikan.. Tolong hentikan. Cukup.” Teriak Roro Jonggrang.
Raden Bandung Bondowoso terdiam. Dia baru saja mendengar suara paling indah yang perah dia dengar. Dia menatap Roro Jonggrang dan kecantikannya menyejukkan hatinya. Dia jatuh cinta padanya. “Tolong hentikan. Cukup. Tolong jangan hancurkan kerajaan ini. Kamu telah membunuh ayah saya. Sudah cukup kan? Mohon, akhiri perang ini. Saya janji saya tidak akan membalas dendam.” Tangis Roro Jonggrang. “Kamu Roro Jonggrang, puteri Prabu Boko, bukan? Jadi, rumor itu benar. Kecantikan mu tidak ada bandingnya. Saya akan mengakhiri perang sekarang juga, tetapi kamu harus menjadi isteriku.” Pinang Raden Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang tidak ingin menikah dengan Raden Bandung Bondowoso, orang yang telah membunuh ayahnya. Tetapi dia tidak mempunyai pilihan lain untuk menyelamatkan kerajaannya. Jika dia menolak pinangan Raden Bandung Bondowoso, kerajaanya akan dihancurkan dan semua orang akan mati. Tetapi jika dia menerima pinangannya, dia akan akan tinggal seumur hidupnya dengan orang yang telah membunuh ayahnya. Dia berfikir sejenak dan muncul lah sebuah ide. “Saya akan menerima pinangan mu dan menikah dengan mu. Tetapi saya ingin kamu melakukan sesuatu untuk ku. Saya ingin kamu membuat seribu candi dalam satu malam. Jika kamu mampu menyelesaikannya, saya berjanji akan menerima pinangan mu.” Janji Roro Jonggrang. Raden Bandung Bondowoso tidak dapat menolaknya. Dia telah jatuh cinta padanya. Dengan semua kekuatan dan kesaktiannya, dia memanggil jin untuk menolongnya. Dia memulai dengan mengerjakan sumur kemudian berlanjut untuk membuat seribu candi. Dia bekerja begitu keras. Dia yakin dia dapat menyelesaikan pekerjaannya bahkan sebelum subuh. Cemas Raden Bandung Bondowoso akan menyelesaikan pekerjaannya. Roro Jonggrang memerintahkan para gadis untuk menumbuk padi dan membakar jerami di timur sebagai tanda pagi sudah datang. Raden Bandung Bondowoso terkejut. Dia rasa saat itu belum waktunya pagi. Dia menghentikan pekerjaannya dan menghitung candi-candi. Total candi yang dibuat ternyata cuma 999 candi saja. Roro
Jonggrang
menyelesaikan
senang;
pekerjaannya.
Raden
Jadi
dia
Bandung menolak
Bondowoso pinangan
tidak
Raden
dapat
Bandung
Bondowoso. Raden Bandung Bondowoso mencium ada sesuatu yang tidak benar. Dia percaya bahwa ini belum pagi. Mengetahui Roro Jonggrang berbohong kepadanya, Raden Bandung Bondowoso murka. Dia murka karena Roro Jonggrang tidak menghargai apa yang telah dia kerjakan. Dengan marah, dia mengutuk Roro Jonggrang menjadi patung untuk melengkapi karyanya. Roro Jonggrang kemudian
berubah menjadi patung batu. Patung Roro Jonggrang tersebut masih ada sampai sekarang di komplek Candi Prambanan , Jawa Tengah.
The Stroy of Aji Saka Once upon a time, there was a kingdom named Medang Kamulan ruled by king named Prabu Dewa Cengkar who wild and likes to eat human. Every day the king takes a man who was taken by Patih Jugul Young. A small portion of the people who fret and fear fled secretly to other areas. In the hamlet of Kawit Medang a young man named Aji Saka powerful, industrious and good-natured. One day, Aji Saka managed to help an old man who was beaten by two robbers. Old man who eventually appointed by Aji Saka's father turned out to refugees from Medang Kamulan. Hearing stories about the King of Gods Cengkar savagery, Aji Saka Medang Kamulan intend to help people. By wearing a turban on the head of Aji Saka went to Medang Kamulan. The journey to Medang Kamulan not smooth, Aji Saka had fought for seven days and seven nights with the devil forest watchman, because Aji Saka refused enslaved by demonic gatekeepers for ten years before being allowed to pass through the forest. But thanks to the miracle, Aji Saka managed to escape from the vicious flame. Shortly after praying Aji Saka, a beam of light from the sky hit the yellow highlight demons at once eliminate forest dwellers. Aji Saka arrived in Medang Kamulan quiet. In the palace, King of the Gods are angry because Patih Cengkar Young Jugul not bring the victim to the King. With bold, facing King Aji Saka Cengkar Gods and gave himself to be eaten by the King in exchange for the use of the land area of the turban. When they are measuring soil on demand Aji Saka, turban stretches so wide breadth exceeds King of Gods kingdom Cengkar. King was angry after knowing the real intentions of Aji Saka was to end his despotism. When the King of the Gods Cengkar angry, Aji Saka turban wrapped strongly around the body of the King. King of the Gods Cengkar body thrown Aji Saka and crashed into the sea south and was lost in the waves.
Aji Saka then crowned king Medang Kamulan. He brought his father to the palace. Thanks to a just and wise government, Aji Saka kingdom Medang Kamulan to deliver the golden era, an era where people live quiet, peaceful, prosperous and prosperous.
Cerita Rakyat Aji Saka Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang diperintah oleh raja bernama Prabu Dewata Cengkar yang buas dan suka makan manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan ketakutan mengungsi secara diam-diam ke daerah lain. Di dusun Medang Kawit ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang sakti, rajin dan baik hati. Suatu hari, Aji Saka berhasil menolong seorang bapak tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun. Bapak tua yang akhirnya diangkat ayah oleh Aji Saka itu ternyata pengungsi dari Medang Kamulan. Mendengar cerita tentang kebuasan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka berniat menolong rakyat Medang Kamulan. Dengan mengenakan serban di kepala Aji Saka berangkat ke Medang Kamulan. Perjalanan menuju Medang Kamulan tidaklah mulus, Aji Saka sempat bertempur selama tujuh hari tujuh malam dengan setan penunggu hutan, karena Aji Saka menolak dijadikan budak oleh setan penunggu selama sepuluh tahun sebelum diperbolehkan melewati hutan itu. Tapi berkat kesaktian nya, Aji Saka berhasil mengelak dari semburan api si setan. Sesaat setelah Aji Saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit menghantam setan penghuni hutan sekaligus melenyapkan-nya. Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu Dewata Cengkar sedang murka karena Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang Prabu. Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cengkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh sang Prabu dengan imbalan tanah seluas serban yang digunakan nya. Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban terus memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kelalimannya. Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar di lempar Aji Saka dan jatuh ke laut selatan kemudian hilang ditelan ombak.
Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Ia memboyong ayahnya ke istana. Berkat pemerintahan yang adil dan bijaksana, Aji Saka menghantarkan Kerajaan Medang Kamulan ke jaman keemasan, jaman dimana rakyat hidup tenang, damai, makmur dan sejahtera.
The Lake Toba A long time ago, there lived a young orphan farmer in the northern part of the island of Sumatra. The area is very dry. Syahdan, the young man lived from farming and fishing. One day he was fishing a fish so beautiful. The color is golden yellow. So holding, the fish turned into a lovely princess. The daughter of a woman who was condemned for violating a ban. He will turn into a kind of creature that first touch. Therefore, human touches it, it turns into a princess. Fascinated by her beauty, the young farmer's daughter asked her to be his wife. The proposal is accepted on condition that the young man would not tell its origin from the farmer ikan.Pemuda the terms agreed. After a year, the couple blessed with a boy. He has a bad habit that is never satiated. He ate all the food. One day the boy was eating all the food from their parents. The young man was very upset saying: "basic offspring of fish!" That statement by itself isterinya.Dengan thus unlock the secrets of their promise has been violated. His wife and son disappeared mysteriously. The land of their former footing menyemburlah springs. The water that flows from the spring growing bigger and bigger. And being a vast lake. The lake is now called Lake Toba.
Danau Toba Pada jaman dahulu, hiduplah seorang pemuda tani yatim piatu di bagian utara pulau Sumatra. Daerah tersebut sangatlah kering. Syahdan, pemuda itu hidup dari bertani dan memancing ikan. Pada suatu hari ia memancing seekor ikan yang sangat indah. Warnanya kuning keemasan. Begitu dipegangnya, ikan tersebut berubah menjadi seorang putri jelita. Putri itu adalah wanita yang dikutuk karena melanggar suatu larangan. Ia akan berubah menjadi sejenis mahluk yang pertama menyentuhnya. Oleh karena yang menyentuhnya manusia, maka ia berubah menjadi seorang putri. Terpesona oleh kecantikannya, maka pemuda tani tersebut meminta sang putri untuk menjadi isterinya. Lamaran tersebut diterima dengan syarat bahwa pemuda itu tidak akan menceritakan asal-usulnya yang berasal dari ikan.Pemuda tani itu menyanggupi syarat tersebut. Setelah setahun, pasangan suami istri tersebut dikarunia seorang anak laki-laki. Ia mempunyai kebiasaan buruk yaitu tidak pernah kenyang. Ia makan semua makanan yang ada. Pada suatu hari anak itu memakan semua makanan dari orang tuanya. Pemuda itu sangat jengkelnya berkata: "dasar anak keturunan ikan!"Pernyataan itu dengan sendirinya membuka rahasia dari isterinya.Dengan demikian janji mereka telah dilanggar. Istri
dan
anaknya
menghilang
secara
gaib.
Ditanah
bekas
pijakan
mereka
menyemburlah mata air. Air yang mengalir dari mata air tersebut makin lama makin besar. Dan menjadi sebuah danau yang sangat luas. Danau itu kini bernama Danau Toba
Keong Mas Once upon a time in ancient times there lived a young man named Galoran. He was among those who respected for his parents wealth and rank. However Galoran very lazy and wasteful. Day-to-day work only squander possessions parents, even when his parents died he more often dissipate. Therefore, over time the parents are finished treasure. However do not make a conscious Galoran too, even time spent with just laze around and walk around. Iba villagers see it. But every time someone offers him a job, Galoran just eat and sleep alone without going to do the work. But eventually galoran levied by a wealthy widow to be his friend. This makes Galoran very happy; "Shoots beloved side dish arrived", so thought Galoran. The widow has a daughter who is very diligent and clever weaving, Jambean name. Jambean woven so well known throughout the village up. However Galoran stepson hated it, because often scolds Jambean always lazy. Galoran hatred so deep, to bear its own planned the murder of his stepson. Sharply he said to his wife: "Hi, Nyai, really dare Jambean me. Dare he advised parents! Shall it?" "Patience, Kak. Jambean not mean bad against brother 'cajoled his wife. "I know why he acts rude to me, so I'm going to leave this house!" melototkan her again as she cried her eyes. "Do not be so kak, Jambean sister just reminded that want to work" according to his wife attempt to relieve his anger. "Ah .. crap. Anyway now you have to choose .. me or your son!" Thus Galoran threatening. Jambean distressed mother. The mother cried day and night because her confused. She wailed: "To be your father abused me jambean. Jambean my son, let's come here boy" she cried softly. "I'll mak, stay slight weaving" replied Jambean. "Well done already" he cried again. Jump Jambean get his mother who is grieving. "Why Ma grieve alone," he asked with compassion. Then diceritakanlah plan Jambean father who plans to kill Jambean. Jambean sadly, he said: "Never mind mak do not get upset, let me meet the wishes of the father. Truth will finally be happy mak". "But my message is only one mother, if I had killed my father planted my body but do not throw it to the dam" he replied. With a very sad mother was nodding. Jambean was eventually killed by his stepfather and mother Jambean demand dumped his body in the dam. With magical torso and head Jambean turned into shrimp and snails, or also called snail in Javanese language.
Tersebutlah in the village of widows Dadapan two brothers named mBok Sambega Rondo and Rondo mBok Sembadil. Both the widow was living with a very needy and earns a meager living collecting wood and taro leaves. One day the brothers went to close the dam to look for taro leaves. Very stunned they saw shrimp and snails are golden brown. "How beautiful shrimp and snails was" exciting mBok Rondo Sambega "Look how beautiful the color of his skin, golden yellow. Want me to keep" he cried again. "Well so beautiful, we just bring it home shrimp and snails" said Rondo mBok Sembadil. Then picked up the shrimp and snails to take home. The shrimp and snails then they put them in a clay jar in the kitchen. Since they maintain the golden shrimp and snails they also life changing. Especially every after returning to work, the kitchen has available side dishes and the house to be very neat and clean. Mbok Sambega Rondo and Rondo mBok Sembadil also feel amazed with the things. Until one day they plan to find out who the hell do these things. One day they went to look for the usual wood and taro leaves, they pretend to leave and then after walking some distance they slip right back into the kitchen. From the kitchen came the sound of rustling, the brothers soon peek and see a gorgeous girl out of clay jars containing shrimp and Keong Emas their pet. "Of course he is the incarnation of the golden snail and shrimp" whispered mBok Sambega to mBok Rondo Rondo Sembadil. "Let's catch before it was transformed back into a prawn and Keong Emas" whispered mBok Sembadil Rondo. Slowly they entered the kitchen, and the arrest of the girl who is cool to cook it. "Tell me quickly nak, who the hell you were" urged mBok Rondo Sambega "Bidadarikah you?" he said again. "Not Mak, my man that was murdered and dumped by my parents, then I transformed into shrimp and snails" Jambean said softly. "Jambean moved to hear the story the two brothers finally take Keong Emas as their foster child. Since the Keong Emas helped the brothers with the weave. Weave very beautiful and nice so terkenallah stretcher woven throughout the country, and two brothers widow became increasingly wealthy of the day to day. The woven arrived in the capital of the kingdom. The young king was very interested in artificial woven Jambean or the Golden Snail. Finally the king decided to review its own manufacture woven and left the kingdom in the guise of cloth merchants. Finally the king knew about the Golden Conch, and is excited by the beauty and craft Keong Emas. The king commissioned the brothers to bring Jambean or Keong Emas to go to the kingdom and to woo the Golden Snail to be queen. How happy the two brothers widow.
Keong Mas Alkisah pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda bernama Galoran. Ia termasuk orang yang disegani karena kekayaan dan pangkat orangtuanya. Namun Galoran sangatlah malas dan boros. Sehari-hari kerjanya hanya menghambur-hamburkan harta orangtuanya, bahkan pada waktu orang tuanya meninggal dunia ia semakin sering berfoyafoya. Karena itu lama kelamaan habislah harta orangtuanya. Walaupun demikian tidak membuat Galoran sadar juga, bahkan waktu dihabiskannya dengan hanya bermalas-malasan dan berjalan-jalan. Iba warga kampung melihatnya. Namun setiap kali ada yang menawarkan pekerjaan kepadanya, Galoran hanya makan dan tidur saja tanpa mau melakukan pekerjaan tersebut. Namun akhirnya galoran dipungut oleh seorang janda berkecukupan untuk dijadikan teman hidupnya. Hal ini membuat Galoran sangat senang ; "Pucuk dicinta ulam pun tiba", demikian pikir Galoran. Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan pandai menenun, namanya Jambean. Begitu bagusnya tenunan Jambean sampai dikenal diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran sangat membenci anak tirinya itu, karena seringkali Jambean menegurnya karena selalu bermalas-malasan. Rasa benci Galoran sedemikian dalamnya, sampai tega merencanakan pembunuhan anak tirinya sendiri. Dengan tajam dia berkata pada istrinya : " Hai, Nyai, sungguh beraninya Jambean kepadaku. Beraninya ia menasehati orangtua! Patutkah itu ?" "Sabar, Kak. Jambean tidak bermaksud buruk terhadap kakak" bujuk istrinya itu. "Tahu aku mengapa ia berbuat kasar padaku, agar aku pergi meninggalkan rumah ini !" seru nya lagi sambil melototkan matanya. "Jangan begitu kak, Jambean hanya sekedar mengingatkan agar kakak mau bekerja" demikian usaha sang istri meredakan amarahnya. "Ah .. omong kosong. Pendeknya sekarang engkau harus memilih .. aku atau anakmu !" demikian Galoran mengancam. Sedih hati ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam karena bingung hatinya. Ratapnya : " Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean. Jambean anakku, mari kemari nak" serunya lirih. "Sebentar mak, tinggal sedikit tenunanku" jawab Jambean. "Nah selesai sudah" serunya lagi. Langsung Jambean mendapatkan ibunya yang tengah bersedih. "Mengapa emak bersedih saja" tanyanya dengan iba. Maka diceritakanlah rencana bapak Jambean yang merencanakan akan membunuh Jambean. Dengan sedih Jambean pun berkata : " Sudahlah
mak jangan bersedih, biarlah aku memenuhi keinginan bapak. Yang benar akhirnya akan bahagia mak". "Namun hanya satu pesanku mak, apabila aku sudah dibunuh ayah janganlah mayatku ditanam tapi buang saja ke bendungan" jawabnya lagi. Dengan sangat sedih sang ibu pun mengangguk-angguk. Akhirnya Jambean pun dibunuh oleh ayah tirinya, dan sesuai permintaan Jambean sang ibu membuang mayatnya di bendungan. Dengan ajaib batang tubuh dan kepala Jambean berubah menjadi udang dan siput, atau disebut juga dengan keong dalam bahasa Jawanya. Tersebutlah di Desa Dadapan dua orang janda bersaudara bernama Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil. Kedua janda itu hidup dengan sangat melarat dan bermata pencaharian mengumpulkan kayu dan daun talas. Suatu hari kedua bersaudara tersebut pergi ke dekat bendungan untuk mencari daun talas. Sangat terpana mereka melihat udang dan siput yang berwarna kuning keemasan. "Alangkah indahnya udang dan siput ini" seru Mbok Rondo Sambega "Lihatlah betapa indahnya warna kulitnya, kuning keemasan. Ingin aku bisa memeliharanya" serunya lagi. "Yah sangat indah, kita bawa saja udang dan keong ini pulang" sahut Mbok Rondo Sembadil. Maka dipungutnya udang dan siput tersebut untuk dibawa pulang. Kemudian udang dan siput tersebut mereka taruh di dalam tempayan tanah liat di dapur. Sejak mereka memelihara udang dan siput emas tersebut kehidupan merekapun berubah. Terutama setiap sehabis pulang bekerja, didapur telah tersedia lauk pauk dan rumah menjadi sangat rapih dan bersih. Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil juga merasa keheranan dengan adanya hal tersebut. Sampai pada suatu hari mereka berencana untuk mencari tahu siapakah gerangan yang melakukan hal tersebut. Suatu hari mereka seperti biasanya pergi untuk mencari kayu dan daun talas, mereka berpura-pura pergi dan kemudian setelah berjalan agak jauh mereka segera kembali menyelinap ke dapur. Dari dapur terdengar suara gemerisik, kedua bersaudara itu segera mengintip dan melihat seorang gadis cantik keluar dari tempayan tanah liat yang berisi udang dan Keong Emas peliharaan mereka. "tentu dia adalah jelmaan keong dan udang emas itu" bisik Mbok Rondo Sambega kepada Mbok Rondo Sembadil. "Ayo kita tangkap sebelum menjelma kembali menjadi udang dan Keong Emas" bisik Mbok Rondo Sembadil. Dengan perlahan-lahan mereka masuk ke dapur, lalu ditangkapnya gadis yang sedang asik memasak itu. "Ayo ceritakan lekas nak, siapa gerangan kamu itu" desak Mbok Rondo Sambega "Bidadarikah kamu ?" sahutnya lagi. "bukan Mak, saya manusia biasa yang karena dibunuh dan dibuang oleh orang tua saya, maka saya menjelma menjadi udang dan keong" sahut Jambean
lirih. "terharu mendengar cerita Jambean kedua bersaudara itu akhirnya mengambil Keong Emas sebagai anak angkat mereka. Sejak itu Keong Emas membantu kedua bersaudara tersebut dengan menenun. Tenunannya sangat indah dan bagus sehingga terkenallah tenunan terebut keseluruh negeri, dan kedua janda bersaudara tersebut menjadi bertambah kaya dari hari kehari. Sampailah tenunan tersebut di ibu kota kerajaan. Sang raja muda sangat tertarik dengan tenunan buatan Jambean atau Keong Emas tersebut. Akhirnya raja memutuskan untuk meninjau sendiri pembuatan tenunan tersebut dan pergi meninggalkan kerajaan dengan menyamar sebagai saudagar kain. Akhirnya tahulah raja perihal Keong Emas tersebut, dan sangat tertarik oleh kecantikan dan kerajinan Keong Emas. Raja menitahkan kedua bersaudara tersebut untuk membawa Jambean atau Keong Emas untuk masuk ke kerajaan dan meminang si Keong Emas untuk dijadikan permaisurinya. Betapa senang hati kedua janda bersaudara tersebut.
View more...
Comments