GEOLOGI DAN PEMETAAN CEKUNGAN AIR TANAH KOTA GORONTALO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS. andre jusuf. ...
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
GEOLOGI DAN PEMETAAN CEKUNGAN AIR TANAH KOTA GORONTALO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS Andri saputra Jusuf 471410009 Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian, FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo Jln Jend. Soedirman No 6 Kota Gorontalo
[email protected] Intisari Penelitian pemetaan CAT Gorontalo yang telah dilakukan bertujuan untuk memetakan akuifer air tanah di Kota Gorontalo berdasarkan nilai tahan jenis batuan dari hasil pemetaan geologi bawah permukaan dengan menggunakan Geolistrik yang sebelumnya dilakukan survey geologi menyangkut data geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi. Pengambilan data geolistrik sebanyak 8 titik sounding yang telah dibuat menjadi 3 lintasan. Hasil bawah permukaan dari data tahanan jenis diolah dengan menggunakan Softwere IP2Win yang menghasilkan model perlapisan bawah permukaan (2D) kemudian di olah dengan Softwere Surfer 11 untuk menampilakan model 3D akuifer Kota Gorontalo. Pengambilan data sumur untuk mengetahui penyebaran airtanah pada CAT Gorontalo telah dilakukan sebanyak 200 titik sumur yakni data koordinat dan kedalam muka airtanah. Berdasarkan hasil interpretasi data geolistrik bahwa pada titik sounding 1,2,3,4,7 dan 8 tersusun oleh batuan alluvial yang terdiri dari lempung, batupasir, pasirlempungan dan kerikilpasiran yang merupakan akiufer pada CAT Gorontalo. Pada titik sounding 6 dan titik 8 tersusun oleh batugamping dan granit yang sebagai batuan induk. Arah aliran muka airtanah berasal dari perbukitan bagian utara Kota Gorontalo sebagai daerah Recharge Area. Kata Kunci : Geologi, Geolistrik, akuifer, Airtanah.
1. PENDAHULUAN Indonesia memiliki potensi airtanah terbesar yakni pada 224 cekungan airtanah (groundwater basin), dengan potensi cadangan sebesar 4,7 milyar m³/tahun (Soetrisno, 1993). Air hujan menjadi faktor penting sebagai imbuhan airtanah. Karakteristik Indonesia yang beriklim tropis memiliki keadaan musim hujan dan musim kemarau yang telah diteliti oleh Oldeman dan Frere (1982). Perkembangan jumlah penduduk Kota Gorontalo rata-rata 1,2 % pertahun dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir dan penggunaan lahan yang Refarat, 2015
dibedakan atas lahan sawah seluas 1.013 Ha, lahan kebun 695 Ha, lahan pekarangan seluas 452 H dan penggunaan lainnya seluas 39,74 Ha. (BPK-RI Provinsi Gorontalo, 2014). Seiring dengan perkembangan dan pembangunan daerah Kota Gorontalo maka pertumbuhan penduduk dan pembangunan sektoral dalam hal ini pemukiman, pertanian, industri, dan fasilitas perekonomian mendorong meningkatnya pemanfaatan air bersih. Sehubungan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan pembangunan sektoral serta agar keberlanjutan perekonomian didukung
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
oleh ketersediaan sumberdaya air di wilayah Kota Gorontalo, sehigga sangat perlu dilakukan pemetaan air tanah dengan menggunakan Geolistirik yang merupakan metode geofisika. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui kondisi geologi dan memetakan akuifer dengan menggunakan metode Geolistrik pada daerah Kota Gorontalo. Manfaat dari penelitian ini ialah memberikan informasi mengenai cadangan airtanah dan posisi strategis kepada masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya air di CAT Kota Gorontalo Sebagai data sekunder dalam eksplorasi hidrogeologi lebih detail Dapat memprediksi arah pencemaran airtanah melalui arah aliran airtanah di CAT Kota Gorontalo. 2. TINJUAN PUSTAKA 2.1 Akuifer Airtanah adalah air yang ada dibawah permukaan tanah maupun batuan pada zone jenuh air, dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar daripada tekanan udara. Airtanah terdapat pada berbagai formasi geologi, terutama pada akuifer. Akuifer biasa disebut dengan resevoir airtanah merupakan formasi batuan yanga dapat menyimpan dan mengalirkan air. Faktor yang sangat mempengaruhi dalam mengontrol kondisi dan distribusi sistem akifer dalam sistem geologi yakni litologi, stratigrafi dan struktur endapan – endapan geologi. Berdasarkan hidrodinamiknya akuifer dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu akuifer tertekan ( Confined aquifer ),
Refarat, 2015
akuifer bebas (Unconfined aquifer) dan akuifer bocor ( Leaky aquifer). Akuifer tertekan Akfer tertekan merupakan bagan atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air atau akuikluk. Akuifer ini airtanah terletak dibawah lapisan kedap air dengan mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan atmosfirnya.
Gambar 1. Konfigurasi akifer tertekan dan muka airtanah pada sumur
Akifer bebas Akifer bebas yang biasa dengan akifer tidak tertekan umumnya berada pada kedalam yang relatif dangkal atau kurang dari 40 dan terdapat lensa – lensa lempung seringkali membentuk akifer menggantung. Akifer ini dibatasi oleh lapisan impermeanel bagian bawahnya dan bagaiannya tidak terdapat lapisan penutup.
Gambar 2. Konfigurasi akifer tak tertekan dan muka airtanah
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Akuifer bocor Akuifer ini pada umumnya dapat dijumpai pada daerah lembah aluvial dan dataran, yang airtanahnya dibatasi oleh lapisan yang setengah kedap air atau akuitard.
lapisan saja, hal ini teruram untuk spasi elektroda yang lebih lebar. Harga tahanan jenis terukur tersebut merupakan nilai tahanan jenis semu (apparent resistivity). (Telford, 1990).
Gambar 4. Tahan jenis semu
Maka persamaan dari tahanan jenis dapat dirumuskan sebagai berikut : Gambar 3. Konfigurasi akifer bocoran dan muka airtanah pada sumur
2.2 Geolistrik Geolistrik merupakan metode yang paling populer dalam menyelidiki airtanah dari permukaan bumi dalam bidang hidrogeologi. (Todd, 1980). Selain itu, geolistrik sangat mudah dibawa, mudah dioperasikan, pengambilan datanya cepat dengan biaya murah serta akurasi data yang dapat dipercaya. Metode ini menggunakan asumsi bahwa bumi bersifat homogen isotropis. Sebagai contoh medium berlapis yang ditinjau misalnya terdiri dari dua lapis yang mempunyai resistivitas berbeda (ρ1 dan ρ2) dianggap sebagai medium satu lapis homogen yang mempunyai satu harga tahanan jenis semu ρa, dengan konduktivitas lapisan fiktif sama dengan jumlah konduktivitas masimgmasing lapisan, yaitu σa = σ1 + σ2. (Gambar.4). Oleh karena itu harga tahanan jenis yang diukur bukan merupakan nilai tahan jenis untuk satu
Refarat, 2015
..... (1) Dimana ρa adalah tahanan jenis semu, K adalah faktor geometri, ΔV adalah beda potensial antara kedua elektroda (P1, P2) dan I adalah kuat arus yang diinjeksikan. Berdasarkan persamaan (I) dapat diketahui bahwa nilai tahanan jenis semu tergantung pada geometri konfigurasi elektroda yang digunakan antara lain konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner, konfigurasi dipoledipole dan sebagainya.
Gambar 5. Instrumen geolistrik sounding (Bahri, 2005)
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Tabel 1. Nilai Resitivitas materila – material bumi (Telford, 1990).
2.3 Cekungan Airtanah Cekungan airtanah merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh hidrolgeologis, dimana terdapat proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan airtanah berlangsung yang merupakan proses kejadian hidrogeologis. Cekungan airtanah merupakan salah satu contoh dari sistem geomorfologi. (Gregory dan Walling , 1973). Pendapat Boonstra dan Ridder (1981) menjelaskan bahwa pada suatu cekungan airtanah mengalami proses hidrologi yang berlangsung secara terus menerus. Faktor litologi sangat menentukan terhadap kecepatan proses perkolasi air permukaan. Keterdapatan endapan aluvial merupakan ciri utama litologi suatu cekungan airtanah. Todd (1980), berpendapat bahwa cekungan airtanah merupakan suatu satuan hidrogeologi yang terdiri dari satu atau beberapa bagian akuifer yang saling berhubungan membentuk suatu system dan dapat berubah akibat perubahan lingkungan. Batas hidrologi ditentukan oleh batas geologi dan batas hidrologi yang bisa menjadi batas suatu wilayah berdasarkan kesepakatan Internasional.
Refarat, 2015
Batas geologi pada cekungan air tanah yang terdiri dari atas batuan kedap air atau lapisan dengan kelulusan rendah, struktur geologi, pelapisan batuan kedap air dengan batuan lulus air ; dan batas hidrologi pada cekungan airtanah yang terdiri dari atas airtanah permukaan berupa permukaan air laut danau, dan sungai. Cekungan air tanah tidak selalu berbentuk cekungan akan tetapi lapisan akifer (lapisan batuan yang menyimpan dan mengalirkan air) yang mendatar, miring, terlipat atau terpatahkan. Skiklus hidrologi juga mempunyai peran penting dalam penyediaan airtanah, dimana air permukaan mengalami penguapan mengalami kondensasi kemudian menjadi air hujan yang turun kepermukaan bumi menjadi airtanah permukaan dan menjadi airtanah dalam. Siklus ini menjadi pendukung terhadap airtanah untuk mendapat air yang kemudian meresap kedalam tanah serta batuan (bedrock recharge) memiliki peran penting dalam penyediaan air. Banyaknya sumursumur dalam (wells) yang berperan menyadap airtanah dari berbagai akifer yang ada menjadi tanda daerah pelapasan dengan masing-masing dibatasi oleh lapisan kedap air berupa lempung. CAT Gorontalo berdasarkan Peta Cekungan Air Tanah Provinsi berdasarkan konduktivitas dan transmisivitas serta litologi penyusunan dapat dibagi menjadi 2 bagian yakni bagian tepi cekungan (Selatan dan utara) diserta bagian tengah cekungan yang terdapatnya danau Limboto yang diperkirakan muncul akibat Sesar
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Gorontalo. Bagian tengah cekungan tersusun atas litologi endapan danau dan bagian Utara; selatan tersusun oleh batuan Gamping ( T. Pandi. dkk 1997).
Kedua litologi pada umumnya diperkirakan merupakan akuifer baik.
Gambar 6. Peta Cekungan Airtanah Provinsi Gorontalo
3. METODE Metode yang dilakukan pada penelitian ini ialah melakukan survey geologi dan bawah permukaan. Adapun beberapa tahapan yang dilakukan pada metode ini ialah : 3.1 Tahap Pengambilan Data Awal tahap pengamibilan data lapangan yang dilakukan ialah melakukan survey geologi dengan skala 1:50.000 yaitu data geomorfologi, litologi, dan struktur geologi. Ini bertujuan untuk mengetahui morfologi dan batuan penyusun serta struktur geologi yang berkerja pada daerah penelitian. Selanjutnya dilakukan pengukuran sumur warga, mengambil data koordinat dengan menggunakan GPS Oregon 550 elevasi, dan tinggi muka airtanah. Data sumur yang telah diambil sebanyak 200 titik
Refarat, 2015
Gambar 7. Diagram Alir Penelitian
sumur yang menyebar di setiap kecamatan yakni kecamatan Kota barat, Kota Timur, Kota Selatan, Kota engah, Kota Utara, Sapitana dan Dungingi.
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Pengambilan data geolistrik dilakukan pada 8 titik pengamatan yang dibagai menjadi 3 penampang. Penampang 1 terdiri dari 3 titik sounding yaitu titik 1, 5 dan 7 yang berada ditengah, penampang 2 terdiri dari 3 titik sounding yaitu titik 2, 6 dan 7 yang berada di bagian barat serta penampang 3 terdiri dari 4 titik sounding yaitu titik 5, 4, 3 dan 8. Alat geolistrik yang digunakan ialah Resistivity meter IPMGEO 4100 dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi ini membutuhkan 4 buah elektroda, 2 buah elektroda (C1,C2) digunakan sebagai penginjeksi arus (I) dan 2 elektroda (P1,P2) sebagai penerima tegangan (V) yang dihasilkan. Jarak antara dibuat sesuai konfigurasi Schlumberger (Gambar 7) dengan urutan C1, P1, P2, C2 dengan panjang bentangan 200 m.
Gambar 8. Konfigurasi Schlumberger
3.1 Pengolahan data - Pengolahan data geologi Interpretasi kelurusan morfologi untuk mengetahui pola kelurusan yaitu berupa arah rekahan – rekahan yang bekerja daerah penelitian. Dimana data kelurusan diolah dengan menggunakan diagram roset sehingga menghasilkan peta pola kelurusan. Selanjutnya membagai satuan morfologi dareah penelitian, dimana morfologi tersebut sangat berpengaruh terhadap sistem hydrologi (Gregory dan Walling, 1973).
Refarat, 2015
Pengurutan stratigrafi dilakukan setelah membagi satuan batuan sehingga dapat mengetahui batuan penyusun dan penyebaran batuan daerah penelitian urutan umur batuan. Pengolahan data struktur berupa sesar dan kekar dilakuaan dengan menggunakan metode stronet sehingga dapat menentukan jenis sesar dan arah tegasan utama yang bekerja pada daerah tersebut. Dari berbagai macam data diatas dapat dituanggkan dalam bentuk peta geologi. - Pengolahan data sumur Pengolahan data sumur warga mengenai posisi dan tinggi muka airtanah dilakukan interpolasi dengan menggunakan Softwere Surfer 11, untuk mengetahui arah penyebaran dari muka airtanah. - Pengolahan data geolistrik Data yang didapatkan dari pengukuran kemudian diolah dengan softwere IP2win, dengan memasukan nilai arus (I) dan nilai beda potensial (ΔV) serta jarak spasi elektroda (a) dimasukan kedalam tabel softwere IP2win, sehingga hasil berupa tampilan grafik dan nilai tahanan jenis batuan (ρa) lapisan bawah permukaan secara vertikal. Pada pengolahan data tersebut perlu dilakukan koreksi data dengan melakukan inversi hingga didaptkan kesalahan (error) paling kecil. Proses tersebut bertujuan untuk mengetahui masing –masing lapisan dari harga tahan jenis. Selanjutnya, kegiatan interpretasi dari setiap harga tahanan jenis sehingga menggambarkan geologi bawah
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
permukaan, serta dapat menentukan zona akuifer, kemudian diolah dengan softwere Surfer 11 yang akan menggambarkan 3D lapisan akuifer. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Morfologi Daerah Penelitian Hasil orientasi kelurusan morfologi dengan menggunakan diagram rose dimana data yang didapatkan sebanyak 1.639 data kelurusan serta memperliahatkan di daerah penelitian memiliki kelurusan dominan berarah NE (0°- 10°). Dari hasil orientasi kelurusan dapat menjadi dasar sebagai penentuan arah dari bentangan geolistrik yakni NW-SE. (Gambar. 13) Berdasarkan interpretasi morfologi bahwa derah penelitian terbagi menjadi 2 satuan geomorfologi yaitu (1) Satuan Bentangalam Pedataran : Satuan ini memiliki ciri topografi yang relatif datar dengan presentase kemiringan lereng berkisar antara 0 – 2 % atau 1 – 5° dengan beda tinggi kurang dari 5 meter. Proses morfogenesa morfologi ini dipengaruhi oleh proses fluviatil (aktivitas sungai), marine (aktivitas laut) dan lakustrin (aktivitas danau). (2) Satuan Bentangalam Perbukitan : Kenampakan dari satuan ini digambarkan oleh pola kontur yang agak rapat dan dengan lereng yang agak curam. Sudut lereng berkisar antara 14 - 55% atau sekitar 25 55°dengan beda tinggi 75 - 500 meter. Kondisi geomorfologi termasuk aspek dalam kajian airtanah Verstappen (1977,1983) dan Sutikno (1989). Satuan bentangalam pedataran yang dominan memiliki relief datar mencerminkan
Refarat, 2015
airtanah terkumpul pada satuan morfologi tersebut. Satuan Bentangalam Perbukitan memiliki topografi lebih tinggi mencerminkan bahwa arah gerakan airtanah mengalir kebagian lebih rendah dalam hal ini menuju Satuan Bentangalam Perbukitan.
Bentangalam Pendataran Kota gorontalo dan CAT Gorontalo
Jajaran Perbukitan dan Pegununan Tilongkabila
Bentangalam Perbukitan
Foto 1. Kenampakan Morfologi Kota Gorontalo dan CAT Gorontalo, arah foto utara
4.2. Stratigrafi Daerah Penelitian Kesebandingan dilakukan terhadap peta geologi regional Lembar Kotamubagu skala 1: 250.000 (Apandi, T. dan Bahri. S, 1997). Berdasarkan hal tersebut pembagian stratigarfi daerah penelitian terbagi atas 4 satuan stratigrafi dari batuan yang paling tua sampai sampai yang paling muda yaitu : 1. Satuan Granit Satuan ini merupakan satuan batuan yang tertua pada daerah penelitian dengan menempati sekitar 20 % dari dari luas daerah penelitian, serta singkapan ini dijumpai di daerah donggala, tenda, dan daerah pantai selatan. Ciri – ciri batuan ini berwarna putih sampai abu-abu, mengalami pengkekaran, berwarna kuning – coklat jika mengalami pelapukan, tekstur faneritik – porfiritik, bentuk kristal
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
euhedral – subhedral, dan kandungan mineral terdiri dari Quarzt, orthoklas, biotite, horblende dan terdapat mineral sekunder epidot. 2. Satuan Breksi Vulkanik Satuan ini menempati 15 % dari luas wilayah daerah penelitian dan singkapan satuan ini dapat dijumpai Leato bagian timur dan Tanjung keramat. Ciri – ciri batuan ini berwarna hitam – coklat, berfragmen polimik andesit dan basalt, ukuran butir dari kerikil – boulder, matriks pasir kasar – halus, tersemenkan oleh silika. Satuan ini diterobos oleh Satuan Granit, dan breksi diperkirakan berumur Pliosen – Plistosen. 3. Satuan Gamping Koral Satuan ini menempati 10 % dari luas wilayah daerah penelitian dan satuan ini dapat dijumpai di daerah Benteng otanaha, tenilo dan sekitar batutonuo. Ciri – ciri batuan ini berwarna putih, terdiri dari batugamping terumbu dan batugamping klastik, nampak fosil molusca dan terumbu koral. Satuan ini diendapakn pada laut dangkal yang berumur Quarter. 4. Satuan Endapan Alluvial Satuan ini menempati 10 % dari luas wilayah daerah penelitian dan satuan ini dapat dijumpai di daerah Benteng otanaha, tenilo dan sekitar batutonuo. Ciri – ciri batuan ini berwarna putih, terdiri dari batugamping terumbu dan batugamping klastik, nampak fosil molusca dan terumbu koral. Satuan ini diendapakn pada laut dangkal yang berumur Quarter.
Foto 2. Singkapan Satuan Granit daerah Leato Selatan
Foto 3. Singkapan Satuan Breksi Vulkanik
Foto 4. Singkapan Gamping Koral
Foto 5. Singkapan Endapan Alluvial
Refarat, 2015
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
4.3 Struktur Geologi Struktur geologi dari hasil analisis serta kesebandingan dengan Peta geologi regional lembar Kotamubagu 1 : 250.000 ( Apandi, T. dan Bachri. S, 1997) bahwa struktur geologi daerah penelitian terdiri dari sesar dan kekar yang mempunyai orientasi berbeda sebagai berikut :
2. Sesar Naik Leato
Foto7. Kenampakan sesar naik leato
1. Sesar Turun Leato
Gambar 10 . Kedudukan umum sesar N 128°E/81° pada streonet
3.
Sesar Turun Buliide
Foto 6 . Kenampakan sesar turun leato dengan kedudukan umum N 70°E/77°
Gambar 9 . Kedudukan umum sesar N 70°E/77° pada streonet
Refarat, 2015
Foto 8. Kenampakan sesar turun buliide
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
4. Kekar Berpasangan
Gambar 11 . Kedudukan umum sesar N 301°E/69° pada streonet
Foto 9. Kenampakan berpasangan
Gambar 12 . Kedudukan kekar dan arah tegasan : σ1: 21/329, σ2: 44/81, σ3:39/221
Gambar 13. Peta Densitas Kelurusan Morfologi
Refarat, 2015
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Gambar 14. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian
Gambar 15. Peta Geologi Daerah Penelitian
Refarat, 2015
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
4.4 Muka Airtanah Secara umum kondisi airtanah cekungan Gorontalo mengalir dari arah perbukitan utara menuju kedataran dibagian tengah. Hal itu berarti bahwa daerah pengisian (recharge area) terletak di daerah jajaran perbukitan dan Pegunungan Tilongkabila. Sementara daerah pelepasan (discharge area) didataran Cekungan Gorontalo. Airtanah mengalir dominan melalui Depth (m)
ruang antar butir (porositas) dan sebagiannya melalui celah maupun rekahan. Berdasarkan data geologi dan hidrogeologi, akuifer bebas tersebar dari intermediate slope hingga plains. Muka airtanah semakin dalam kearah selatan atau bagian tengah cekungan mengikuti ketinggian topografi. Airtanah di daerah Cekungan Gorontalo pada umumnya tersimpan pada endapan alluvium.
Arah Aliran airtanah Kontur airtanah
KOTA GORONTALO
Gambar 16.Peta aliran airtanah 4.5 Interpretasi Sistem Hidrogeologi CAT Gorontalo Berdasarkan analisis data geolistrik resistivitas sounding konfigurasi
Refarat, 2015
Schlumberger maka kurva didapatkan sebagai berikut :
yang
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
BAB 5. POTENSI HASIL
Gambar 17. Kurva resistivity saounding titik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 & 8
Dari kurva diatas maka setiap titik sounding dapat ditentukan jenis lapisan batuan berdasarkan nilai tahan jenis serta kedalamnya. Penampang geolistrik 1 terdiri dari gabungan antara titik 5, titik 1, titik 7, penampang geolistrik 2 gabungan antara titik 6, titik 2, titik 7 dan penampang geolistrik 3 gabungan antara titik 5, titik 4, titik 3, titik 8. Korelasi dari setiap penampang dapat dilihat dari penampang pada gambar 18. Berdasarkan penampang geolistrik 1, kedalaman 1,3 m sampai 62,3 m terdapat zona akuifer bebas pada
Refarat, 2015
litologi pasirlempungan (titik 1) dan kerikilpasiran (titik 7) tetapi pada titik 5 tidak terdapat zona akuifer karena tersusun atas litologi granit. Penampang geolistrik 2, kedalaman 2,13 m sampai 62,3m terdapat zona akuifer bebas pada litologi pasirlempungan (titik 2) dan kerikilpasiran (titik 7) dan pada titik 6 terdapat zona akuifer bebas yang mengalir melalu porositas sekunder pada litologi batugamping dengan kedalaman 2 m sampai 30 m. Penampang geolistrik 3, kedalaman 5,3 m sampai 32,7 m terdapat zona akuifer
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
bebas pada litologi batulempung, batupasir, dan pasirlempungan tetapi
pada litologi granit tidak terdapat zona akuifer.
Gambar 18. Penampang Geolistrik 1,2 dan 3
Refarat, 2015
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Berdasarkan hasil penampang geolistrik 1, 2 dan 3 maka dapat dibuat interpolasi seluruh titik sounding dengan menggunakan Softwere Surfer
11 yang menggambarkan litologi bahwa permukaan sehingga menghasilkan peta model 3 D akuifer Kota Gorontalo. Bentuk lahan Perbukitan
Kota Gorontalo
Bentuk lahan Pedataran
Gambar 19. Model 3 D konseptual lapisan akuifer Kota Gorontalo berdasarkan penampang geolistrik. 5. KESIMPULAN Berdasarkan studi geologi, hidrologi, dan geolistrik bahwa hasilnya sangat berkaitan erat. Satuan bentang alam pedataran mencirikan batuan endapan alluvium yang terdiri dari lempung, pasir,pasirlempungan dan kerikilpasiran yang merupakan indikasi bahwa airtanah dangkal (lapisan akuifer bebas) dan satuan bentang alam perbukitan mencirikan batuan yang lebih resisten berupa granit dan batugamping. Aliran airtanah pada daerah peneltian
Refarat, 2015
merupakan pengisian airtanah dari bagian utara yang terkumpul tepat di tengah wilayah Kota Gorontalo. DAFTAR PUSTAKA Azhar, Gunawan Handayani,2004. Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger untuk Menentukan Tahanan Jenis Batubara. Institut Teknologi Bandung (ITB). Bandung. Bayu A. Sadjab, As’ari, Tanauma A. 2012. Pemetaan Akuifer Air Tanah Disekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman
Jurnal Fakultas MIPA, UNG
Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis. UNSRAT. Manado. Badan Geologi. 2013. Peta Cekungan air tanah Provinsi Gorontalo. Bahri, 2005. Hand Out mata Kuliah Geofisika Lingkungan dengan topik Metode Geolistrik Resistivitas, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS, Surabaya. Gregory, K.J. and Walling, D.E. 1973. Drainage Basin Form and Process. Fletcher and Son Ltd. Norwich. Nurliana L, Widodo. L E. 2009. Potensi Imbuhan dan Imbuhan Airtanah Cekungan Airtanah Bandung. ITB, Bandung Puradimaja D.J.2006. Hidrogeologi kawasan gunungapi dan karst di Indonesia. ITB. Bandung Purnama Ig. S, Sulwasono B.2006. Pemanfaatan Teknik Geolistrik untuk mendeteksi persebaran airtanah asin pada akuifer bebas dikota surabaya. UGM. Jogyakarta S. Bahcri , T. Pandi, Sukido dan N. Raman serta, 1997. Peta Geologi Regional Lembar tilamuta dan Lembar Kotamubagu, Sulawesi Telford, W. M., Geldart, L. P., dan Sherif, R. E., 1990. Applied Geophysics, Cambridge University Press, New York.
Refarat, 2015
Todd, D.K, 1980. Groundwater Hydrology. John Wiley & Sons, New York. Verstappen, H.Th and Van Zuidam, R.A.1968. System of Geomorphological Survey. ITC. Delf.