Perspektif Global Penerapan Kurikulum 2013 (PDF Download Available)

September 27, 2017 | Author: Anonymous | Category: Documents
Share Embed


Short Description

Abstrak: Era global menuntut sistem pendidikan nasional mempersiapkan manusia Indonesia berpikir global. Karena itu, kua...

Description

PERSPEKTIF GLOBAL TENTANG KURIKULUM 2013 SECARA UMUM, DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SECARA KHUSUS Abdur Rahman As’ari

Abstrak: Era global menuntut sistem pendidikan nasional mempersiapkan manusia Indonesia berpikir global. Karena itu, kualitas kurikulum 2013 yang merupakan perwujudan dari apa yang diinginkan dalam sistem pendidikan nasional harus dinilai dari perspektif global pula. Di dalam makalah ini, penulis mencoba mengkaji tuntutan pendidikan dalam era global, karakteristik dari kurikulum 2013, dan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013, dan beberapa isyu dalam penerapan kurikulum 2013, serta upaya yang perlu dilakukan. Kata Kunci: Global, Kurikulum 2013, Matematika, Pembelajaran Matematika

Global adalah kata sifat dari kata globe (jagat). Global, karena itu, artinya adalah bersifat kesejagatan atau mendunia. Sehubungan dengan itu, perspektif global adalah sudut pandang yang bersifat mendunia. Jadi, makna dari judul makalah ini, “Kurikulum 2013 dalam Perspektif Global”, artinya adalah kurikulum 2013 dari sudut pandang yang bersifat mendunia. Karena itu, kita perlu mempelajarai tantangan dalam era glonal, karakteristik dari kurikulum 2013 yang kita miliki, dan kaitannya dengan mengatasi tantangan dalam era global.

TANTANGAN DALAM ERA GLOBAL Era Global adalah era yang ditandai dengan pentingnya untuk memiliki sudut pandang mendunia. Di dalam era global, batas antar negara seakan tidak terlihat lagi. Hubungan antar manusia tidak lagi dibatasi oleh wilayah hukum teritorial satu negara saja. Budaya komunikasi lintas negara ini menuntut dimilikinya kemampuan untuk mengenal, menghargai, dan memanfaatkan pemahaman terhadap berbagai macam budaya di seluruh jagad tersebut untuk berkontribusi bagi kemajuan peradaba. Selanjutnya, di dalam era ini, seseorang harus menyadari bahwa apapun yang dilakukan, memiliki peluang untuk segera diketahui oleh orang lain dalam hitungan detik meskipun yang bersangkutan berada di belahan dunia yang jaraknya ribuan kilometer. Sebaliknya, seseorang juga bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di belahan bumi lainnya.

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 1

Teknologi informasi telah memungkinkan semua itu terwujud. Dengan teknologi informasi, fakta-fakta dan fenomena baru senantiasa bisa direkam dan disebarluaskan dalam hitungan waktu yang sangat cepat. Bahkan, informasi tersebut bisa disimpan dalam waktu yang lama sekali dan dapat digunakan berkalikali. Karena itu, menurut penulis, tantangan pertama di dalam era global ini adalah perlunya setiap orang untuk memiliki: (1) resource-locating skills, (2) information skills, (3) thinking & reasoning skills, dan (4) communication skills. Resource-locating skills adalah keterampilan untuk menentukan lokasi sumber informasi yang darinya seseorang bisa belajar dan beroleh manfaat. Resource skills adalah keterampilan untuk menentukan dimana informasi bisa diperoleh, dan dengan cara bagaimana. Dengan begitu, resource-locating skills ini sangat bermanfaat bagi seseorang untuk bisa menemukan dimana informasi yang diperlukan untuk membantu memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Information skills adalah keterampilan untuk memilah dan memilih informasi yang ditemukan. Keterampilan ini memungkinkan seseorang untuk terhindar dari informasi yang sifatnya hoax (olok-olok, tipuan), yaitu informasi yang tidak pantas untuk digunakan menalar atau mengasosiasi. Information skills ini memungkinkan seseorang memilih informasi yang tepat dan sesuai kebutuhan. Information skills juga memungkinkan seseorang memproduksi informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Thinking & Reasoning Skills adalah keterampilan yang diperlukan untuk merangkai dan mengolah informasi yang tersedia untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Keterampilan ini mencakup keterampilan untuk bernalar secara induktif atau deduktif yang mencakup antara lain: comparing & contrasting (membandingbandingkan), categorizing (mengelompokkan), inferencing (menyimpulkan), dan decision making (mengambil keputusan). Communication skills adalah keterampilan yang diperlukan untuk mendengarkan dan menyajikan ide dari dan kepada orang lain sehingga diperoleh pemahaman yang sama dan kesejalanan tindak lanjut yang menguntungkan kedua belah pihak. Keterampilan ini memungkinkan seseorang untuk memahami orang lain, mengetahui kebutuhannya, memahami diri sendiri, dan menyediakan apa yang dimilikinya untuk kepuasan orang lain. Dengan cara begitu, kedamaian akan tercipta, dan memberi peluang terkembangkannya peradaban yang lebih baik. Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 2

Karena itu, communication skills ini menuntut dimilikinya sebagian dari kecakapan majemuk, yaitu interpersonal dan intrapersonal intelligence (2010). Era global juga ditandai dengan meningkatnya ketergantungan antar negara (Devlin-Foltz & McInvaine, 2008). Ketergantungan antar negara ini memberikan implikasi bahwa kita tidak bisa hidup terasing lagi. Kita menjadi saling bergantung. Kita tidak bisa mengerjakan segala sesuatunya secara sendiri-sendiri. Kita tidak bisa lagi bekerja hanya untuk keperluan kepuasan diri sendiri. Kita harus mengetahui apa yang menjadi isyu bersama di tingkat internasional. Kita perlu memiliki kepekaan terhadap isyu-isyu tersebut dan memiliki kemampuan untuk berkontribusi terhadap terselesaikannya isyu tersebut. Dampak lebih jauh dari adanya ketergantungan internasional tersebut adalah perlunya kita memiliki kemampuan untuk mengomunikasikan ide, dan memahami ide orang lain berikut sudut pandang yang mungkin dan digunakan. Karena itu pula, kemampuan untuk menemukan sumber utama dari suatu isyu agar isyu tersebut bisa dipahami secara obyektif merupakan kemampuan yang dibutuhkan dalam era global. Devlin-Foltz & McInvaine (2008) juga mengemukakan bahwa ketergantugan antar negara ini menuntut setiap orang: (1) memahami isyu-isyu internasional terkini, (2) menguasai bahasa dan keterampilan komunikasi lintas budaya yang efektif dengan warga dari negara lain, (3) memahami fakta dan mau menerima bahwa setiap orang bisa saja memiliki sudut pandang yang berbeda, (4) memiliki kemampuan untuk menemukan dan menggunakan sumber utama yang sahih dan terpercaya, dan (5) memiliki komitmen untuk menjadi penduduk yang etis.

PENDIDIKAN UNTUK MENYIAPKAN HIDUP ERA GLOBAL Terkait dengan uraian di atas, pendidikan harus mendukung terwujudnya pebelajar yang memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan-tantangan di atas. Pendidikan harus mengupayakan agar warga negara, di seluruh dunia, memiliki beberapa kemampuan berikut: 1. Kemampuan untuk menemukan sumber informasi utama, yang sahih dan terpercaya, yang dapat digunakan untuk bekal mengambil keputusan yang tepat, sesuai dengan kebutuhan, 2. Kemampuan untuk memilah dan memilih informasi yang sahih (valid) dan reliable (terpercaya) yang bisa digunakan untuk menalar dan berpikir, Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 3

3. Kemampuan untuk menggunakan kemampuan berpikir dan bernalarnya untuk mengolah informasi yang tersedia dan menghasilkan kesimpulan dan keputusan yang bisa diandalkan, serta menghasilkan suatu ide baru yang memberikan peluang untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban. 4. Kemampuan untuk menerima dan mengomunikasikan ide sesuai dengan sudut pandang yang disepakati bersama. Kemampuan menemukan sumber informasi utama yang sahih dan terpercaya, yang dengannya kesimpulan dan pengambilan keputusan yang tepat merupakan salah satu kemampuan yang penting untuk hidup dalam era global. Seseorang yang memiliki kemampuan ini, memungkinkan seseorang untuk menjadi orang yang terhindar dari melakukan tindakan-tindakan destruktif secara membabi buta. Seorang yang memiliki kemampuan ini akan mendorong terciptanya suasana yang tidak mudah goyah oleh fitnah. Kemampuan untuk memilah dan memilih informasi sehingga diperoleh informasi yang sahih dan terpercaya memungkinkan seseorang untuk menghasilkan kesimpulan dan keputusan yang tepat. Informasi yang didapat oleh seseorang yang memiliki kemampuan memilah dan memilih informasi ini adalah informasi yang akurat dan berkualitas tinggi. Bahan informasi yang akurat dan berkualitas tinggi ini, bersama-sama dengan kemampuan bernalar dan berpikir yang jernih akan menghasilkan kesimpulan yang tepat yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan yang baik. Kemampuan menalar dan berpikir dengan baik adalah bekal yang penting untuk mengolah informasi. Dengan kemampuan berpikir kritis, seseorang bisa menilai apakah suatu pernyataan merupakan suatu pernyataan yang mantap atau masih perlu dipertanyakan. Dengan kemampuan berpikir kreatif, seseorang bisa mengembangkan ide baru yang mungki belum pernah dihasilkan sebelumnya. Terakhir, kemampuan untuk menerima dan mengomunikasikan idenya sesuai dengan sudut pandang yang disepakati memungkinkan seseorang bekerja dengan suasana yang damai dan kondusif untuk mengerahkan seluruh potensi kreatifnya. Kemampuan ini memungkinkan dunia menjadi tempat yang damai untuk hidup bersama. Sehubungan dengan kehidupan dalam era global tersebut, Suarez-Orozco & Sattin (2007) menggemukakan perlunya penggunaan pendekatan lintas disiplin dalam belajar dan memahami di era global. Pembelajaran tidak boleh hanya sekedar Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 4

content-based, tetapi harus menggunakan realistic problems yang menuntut penggunakan interdisciplinary approach.

KURIKULUM 2013 Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai pengganti dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum 2006. Berdasarkan kajian penulis terhadap beberapa dokumen yang mendampingi penerbitan Kurikulum 2013 ini (Permendikbud No 54, 65, 66, 67, 68, 69, 70, dan 71, serta 81A), menurut hemat penulis, Kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik, antara lain: 1. paradigm belajar yang dianut adalah paradigm belajar konstruktivism yang lebih menuntut peserta didik aktif, bahkan proaktif, untuk mengkonstruksi ilmu pengetahuan dari mana saja, kapan saja, dimana saja, dan menggunakan sumber apa saja, sehingga semua bisa saja menjadi siswa, semua bisa menjadi guru, 2. kompetensi dasar tidak dikembangkan dari mata pelajaran, tetapi berangkat dari kompetensi lulusan yang distandarkan, 3. kompetensi dasar merupakan integrasi dari kognitif, keterampilan, dan sikap, dengan fokus yang berbeda (di sekolah dasar lebih ditekankan kepada sikap, dengan harapan agar ilmu pengetahuan dan keterampilan yang didapat siswa dikembangkan dengan landasan sikap yang kokoh yang memungkinkan adanya pengembangan yang berkelanjutan), 4. kompetensi dasar dari satu tingkatan ke tingkatan yang lain pada dasarnya sama, dan hanya berbeda dari cakupannya (dari diri sendiri, ke lingkungan di kelas, ke lingkungan keluarga dan masyarakat), 5. kompentensi dasar yang ada dikelompokkan ke dalam empat kelompok kompetensi inti, yaitu kompetensi inti 1 (kompetensi untuk pengembangan sikap religiusitas peserta didik), kompetensi inti 2 (kompetensi untuk pengembangan sikap sosial peserta didik), kompetensi inti 3 (kompetensi untuk pengembangan pengetahuan), dan kompetensi inti 4 (kompetensi untuk pengembangan keterampilan, 6. pembelajaran berpusat pada siswa (student centered), bukan berpusat pada guru (teacher centered), sehingga siswa dituntut untuk menjadi pebelajar yang aktif, 7. pembelajaran kompetensi dasar dalam kelompok kompetensi inti 1 dan 2 tidak diajarkan secara langsung, tetapi sebagai dampak dari pembelajaran kompetensi

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 5

dasar dalam kelompok kompetensi inti 3 (pengetahuan) dan kompetensi inti 4 (keterampilan), 8. pembelajaran diarahkan untuk menggunakan pendekatan saintifik yang terdiri dari 5 M yaitu mengamati, menanya, menggali informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan, dan diwujudkan dalam beberapa model pembelajaran yaitu: metode penemuan terbimbing (guided discovery learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), serta pembelajaran berbasis proyek (project based learning), 9. pembelajaran di sekolah dasar tidak lagi berbasis mata pelajaran, tetapi berbasis tematik dan integratif, 10. penilaian lebih mengedepankan penilaian otentik, yang menuntut peserta didik menampilkan kinerja belajarnya secara asli, alami, tidak dibuat-buat, 11. laporan pertanggunggugatan dari pelaksanaan pendidikan di sekolah tidak lagi semata-mata dalam bentuk angka, tetapi lebih banyak deskripsi kinerja yang dicapai oleh peserta didik,

PEMBELAJARAN DALAM K 13 DALAM PERSPEKTIF GLOBAL Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menempatkan peserta didik sebagai subyek dalam belajar, bukan obyek. Tugas guru, lebih bersifat sebagai penyedia pengalaman belajar (fasilitator). Guru tidak lagi diposisikan sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi hanya sebagai salah satu dari semua sumber belajar yang bisa digunakan peserta didik. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk aktif, mulai dari melokalisir sumber informasi yang diperlukan, memilah dan memilih informasi sesuai dengan kebutuhan, dan memproses dengan nalar dan pikirannya agar diperoleh kesimpulan dan keputusan yang diperlukan. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 lebih mengutamakan penerapan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 mendorong siswa yang mendorong siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis, kritis, reflektif, dan kreatif. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 tidak semata-mata diarahkan untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 lebih diarahkan kepada dimilikinya life skills (kecakapan hidup) yang lebih bersifat adaptif dalam segala peradaban. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, terutama dengan dianjurkannya penggunaan pendekatan saintifik, memungkinkan dikembangkannya rasa ingin tahu peserta Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 6

didik, dan mengarahkannya kepada kegiatan menggali informasi (baik dengan cara melakukan eksperimen, bertanya kepada pakar, atau mengkaji dokumen), serta menggunakan penalaran dan kemampuan berpikirnya untuk mengambil kesimpulan. Manakala penerapan pendekatan saintifik ini dijalankan dengan baik, benar, dan konsisten, peserta didik akan didorong untuk menjadi kreator atau penemu ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka akan menjadi penduduk bumi yang produktif yang mampu berkontribusi bagi perkembanganperadaban. Terkait dengan model pembelajaran, Kurikulum 2013 menyarankan digunakannya model pembelajaran guided discovery learning, project-based learning, dan problembased learning. Pembelajaran dengan Guided Discovery learning, dimulai dengan guru menyediakan sekumpulan contoh dan non contoh. Berdasarkan contoh dan non contoh tersebut, siswa dituntut untuk menggunakan kemampuan berpikirnya untuk melakukan comparing and contrasting, classifying, dan kemampuan bernalar dan berpikir kritis kreatifnya untuk menemukan konsep yang dimaksud. Ketika siswa terlibat di dalam project-based learning dan problem-based learning, mereka harus melakukan banyak kegiatan antara lain: searching atau mencari informasi, exploring atau menggali informasi lebih jauh, solving atau memecahkan masalah, creating atau menciptakan sesuatu, and sharing atau berbagi. Mereka juga harus aktif questioning (mempertanyakan), planning (merencanakan), scheduling (menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan), monitoring (memantau kemajuan yang telah dicapai), assessing (mengases apa yang sudah dicapai), dan evaluating (menilai kualitas capaiannya). Mereka juga dituntut memiliki banyak keterampilan seperti locating resource (menentukan lokasi sumber informasi), clarifying and validating information (mengklarifikasi dan memvalidasi data yang diperoleh), using technology (menggunakan teknologi untuk memudahkan pencarian informasi), cooperating or working in groups (bekerjasama dalam satu tim dengan orang lain), thinking and reasoning (berpikir dan bernalar). Ini bersesuaian dengan pendapat Malaysia Educational Technology Division, Ministry of Education (2006). Dari uraian di atas, tampak bahwa penerapan kurikulum 2013 sangat sesuai dengan perspektif global. Penerapan kurikulum 2013, pembangunan sumber daya manusia Indonesia bisa diharapkan sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan global. Penerapan kurikulum 2013 memungkinkan sumber daya manusia Indonesia tumbuh berkembang dan bergaul dalam percaturan global secara produktif dan damai.

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 7

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013 Pembelajaran matematika di sekolah dasar dan di sekolah menengah dalam konteks kurikulum 2013 berbeda.

Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Di sekolah dasar, pembelajaran matematika mengikuti pendekatan tematik integratif. Pembelajaran matematika dipadukan dengan mata pelajaran lain sesuai dengan tema yang ada. Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak berdiri sendiri. Ketika mempelajari tema pekerjaan, misalnya, siswa belajar semua mata pelajaran termasuk matematika. Bilangan dengan segala macamnya, dan geometri dengan bangun datar dan bangun ruangnya dipelajari siswa sambil mempelajari tema pekerjaan itu bersama-sama dengan mata pelajaran lainnya. Memang ada resiko bahwa kedalaman pembahasannya agak berbeda dengan kalau pembelajaran matematika dilakukan secara mandiri. Tetapi, dengan menggunakan pendekatan tematik integratif, siswa belajar matematika dari konteks nyata. Ini akan membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang terapan matematika, dan memungkinkan siswa untuk memiliki motivasi yang lebih tinggi dan hasil belajar yang lebih baik juga. Hal lain lagi, kalau pembelajaran matematika ini dilakukan dengan model project based learning (pembelajaran berbasis proyek) atau problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) siswa akan lebih banyak belajar menggunakan pikiran mereka daripada sekedar matematikanya sendiri. Mereka akan belajar keterampilan hidup (life skills) yang dalam dunia modern sekarang lebih diperlukan daripada sekedar mahir matematika. Menyadari betapa sekarang ini banyak sekali teknologi yang memungkinkan penerapan algoritma matematika secara lebih mudah, pembelajaran yang mendorong pengembanga kemampuan berpikir tentu lebih memberikan harapan yang cerah di masa depan daripada pembelajaran yang menekankan kemahiran berhitung. Sepanjang siswa mampu merumuskan masalah, dan mengetahui teknologi yang bisa membantunya memecahkan masalah tersebut, hal itu lebih baik baginya daripada harus menguasai materi matematikanya.

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 8

Sebagai contoh mudahnya, mahir berhitung bilangan yang aneh atau besar sekarang tidak terlalu diperlukan lagi karena proses perhitungannya bisa diserahkan kepada kalkulator dan computer. Memang siswa masih perlu belajar hitung menghitung, tapi untuk bilangan-bilangan yang sederhana saja. Mereka hanya perlu sekedar tahu kapan menggunakan operasi tertentu dan kapan tidak. Selanjutnya, biarlah teknologi yang membantu.

Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pembelajaran matematika di sekolah menengah dilakukan secara mandiri. Ada mata pelajaran matematika khusus di setiap jenjang sekolah menengah (SMP, SMA, dan SMK). Pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan kreativitas dan menggunakan pendekatan saintifik. Dengan bekerja sama lintas mata pelajaran, guru matematika juga didorong untuk menerapkan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) dan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning). Di dalam pembelajaran matematika, di sekolah menengah, tugas yang diberikan guru diarahkan kepada tugas yang bersifat open ended (terbuka) dan menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Open-ended artinya bahwa tugas tersebut memungkinkan adanya jawaban yang beraneka. Menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi artinya bahwa untuk menyelesaikan tugasnya, siswa harus menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Contoh dari soal yang bersifat open-ended, misalnya: 1. Dari empat bilangan berikut (15, 20, 23, dan 25), ada satu bilangan yang harus dibuang karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan bilangan yang lain? Dengan soal ini, anak diperkenankan menjawab berapa saja dengan syarat alasannya benar. Anak boleh mengatakan bahwa bilangan yang harus dikeluarkan adalah 15, karena tiga bilangan yang lain mempunyai angka puluhan 2. Anak juga boleh mengatakan bahwa yang perlu dibuang adalah 20 karena yang lain ganjil. Anak juga boleh mengatakan bahwa yang perlu dibuang adalah 23 karena yang lain kelipatan 5. Terakhir, anak juga boleh mengatakan bahwa 25 yang harus dibuang karena yang lain bukan bilangan kuadrat. Jadi yang ditekankan di sini adalah kemampuan berpikir, yaitu kemampuan memberikan alasan.

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 9

2. Sebuah bahan dari plat kayu mau dibuat benda yang berbentuk persegi panjang. Jika panjang plat tersebut adalah 20 cm, berapa luas dari benda yang bisa dihasilkan? Soal ini memberikan peluang kepada siswa untuk membuat berbagai macam bentuk persegi panjang dengan luas sendiri-sendiri. Jawaban siswa yang satu dengan siswa yang lain bisa bermacam-macam. Berikut diberikan juga soal yang memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi. 3. Adakah rumus yang bisa digunakan untuk menentukan banyaknya diagonal pada segi-n beraturan? Soal ini menuntut siswa untuk menemukan rumus yang bisa digunakan untuk menghitung banyaknya diagonal dalam suatu segi-n beraturan. Soal ini termasuk soal kategori kreatif (tentu saja bagi siswa yang belum pernah mengenalnya). 4. Perhatikan bilangan x = 1 + 3 + 9 + 27 + … Maka 3x = 3 + 9 + 27 + … Maka 2x = -1 sehingga x = - ½ .Jadi 1 + 3 + 9 + 27 + … = - ½ … suatu hal yang aneh. Jumlah dari bilangan-bilangan positif adalah bilangan negatif. Dimana letak kesalahannya? Soal ini menuntut siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir kritisnya untuk menilai kebenaran dari penggunaan sifat-sifat bilangan dan operasinya. Kalau mereka memahami dengan baik konsep deret konvergen dan divergen, tentu mereka akan bisa menentukan dimana letak kesalahan dari pernyataan di atas. Perhatikan dua cara menyelesaikan invers dari dua fungsi berikut: 𝑓 𝑥 = 2𝑥 − 3 Misalkan 𝑓 −1 𝑥 = 𝑦 Maka 𝑦 = 2𝑥 − 3 Akibatnya 2𝑥 = 𝑦 + 3 1 𝑥 = 𝑦+3 2 Jadi 1 𝑓 −1 𝑥 = 𝑥 + 3 2

𝑓 𝑥 = 2𝑥 − 3 Maka 𝑓 −1 𝑥 = 𝑦 sehingga 𝑓 𝑦 =𝑥

Akibatnya 2𝑦 − 3 = 𝑥 2𝑦 = 𝑥 + 3 1 𝑥+3 2 1 𝑥 = 𝑥+3 2

𝑦= 𝑓 −1

Menurut kalian, manakah yang lebih bagus: Cara 1 (sebelah kiri) atau Cara 2 (sebelah kanan). Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 10

Tugas terakhir ini menuntut kemampuan menilai siswa terhadap dua pilihan cara menjawab. Siswa tidak hanya dituntut untuk memahami, tetapi juga menilai apa kekuatan dan kelemahan dari masing-masing cara dan menetapkan mana yang lebih baik. Semua penugasan di atas adalah penugasan yang menuntut siswa untuk berpikir kreatif dan tingkat tinggi. Ini sesuai dengan perspektif global, khususnya yang terkait dengan pengembangan kemampuan penalaran dan berpikir. Kalau penugasan di atas, terutama dalam kegiatan eksplorasi (menggali informasi), guru mengajak siswa untuk mencari rujukan dari internet dan menilai kesahihan dan keterandalan dari informasi yang didapat, maka ini juga sesuai dengan perspektif global yang menuntut seseorang untuk selalu mengandalkan diri kepada informasi yang dari sumber utama. Jadi, semua hal di atas berpeluang untuk sesuai dengan tuntutan era global.

ISYU-ISYU DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 Ide yang ada di dalam pengembangan kurikulum 2013 sebenarnya sangat baik. Namun, sebagaimana umumnya terjadi, penerapannya di lapangan kadang ada banyak hambatan. Mindset (pola pikir) guru yang masih cenderung menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan kadang menghambat penerapan pembelajaran yang menuntut siswa aktif, pembelajaran yang menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan pembelajaran yang mengembangkan kreativitas dan keterampilan belajar. Guru masih terlihat nyaman dan tenang mendominasi pembelajaran. Terkesan sepertinya mereka tidak merasa bersalah dengan praktik yang tidak sesuai dengan harapan Kurikulum 2013 ini. Sebenarnya, dalam rangka mendukung penerapan Kurikulum 2013, di samping dokumen yang berupa Peraturann menteri, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menerbitkan buku, yaitu buku siswa dan buku guru. Setiap peserta didik mendapatkan buku siswa secara cuma-cuma. Guru juga menerima buku pegangan guru. Ada satu hal yang menarik dalam buku siswa dan buku guru untuk kelas 4. Setiap minggu ke-4 dari setiap tema, guru dan siswa diberi kebebasan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara mandiri. Di buku siswa, tidak ada bahan bacaan dan tugas-tugas atau pertanyaan sebagaimana pada minggu-minggu pertama,

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 11

kedua, dan ketiga. Di minggu ke-4 ini, guru dan bisa bisa bersama-sama belajar secara fleksibel meski masih dalam koridor tema atau sub tema yang diberikan. Andai tema atau sub tema yang ada berbunyi “pekerjaan orang tua”, guru bisa mengajak peserta didik untuk untuk menekuni masalah pekerjaan orang tua dan belajar banyak hal, termasuk banyak mata pelajaran. Peserta didik bisa belajar matematika (bilangan dan geomeri) dari mengkaji pekerjaan orang tua (mungkin banyak pegawai per divisi dan jumlah totalnya, jaraknya dari rumah, bentuk ruangan di kantor, dll). Peserta didik juga bisa belajar IPA dari mengkaji pekerjaan orang tua (mungkin dari sisi sinar atau pencahayaan, dan energi listrik yang diperlukan di kantor, kecepatan dan percepatan gerak kendaraan yang digunakan ke kantor, bahan yang berasal dari tumbuhan, dll). Peserta didik juga bisa belajar IPS dari mengkaji pekerjaan orang tua (mungkin tentang hubungan antar pegawai, kondisi geografis, iklim dll). Prinsipnya, dengan mengkaji pekerjaan orang tua tersebut, peserta didik bisa belajar banyak. Sayangnya, guru kelihatan kurang berani mengeksplor potensi tersebut dalam praktik pembelajaran mereka. Guru kurang berani mencoba untuk berkreasi. Untuk di kelas 7, misalnya, kalau kita perhatikan, buku matematika yang disediakan oleh pemerintah tidak hanya mendorong anak untuk menguasai konsep. Mereka juga diarahkan untuk belajar mengidentifikasi prosedur yang mengikutinya. Mereka tidak hanya diajarkan untuk mengikuti prosedur, tetapi mempelajari bagaimana menentukan prosedur yang memadai. Ketika belajar menentukan irisan dari dua himpunan, misalnya, di dalam buku tersebut disajikan tentang prosedur yang harus dilalui oleh pebelajar agar mampu menghasilkan irisan himpunan dengan tepat. Ini erat kaitannya dengan keterampilan yang diperlukan untuk bisa hidup dengan baik di suatu perusahaan. Sayangnya, potensi yang besar ini kurang begitu dimanfaatkan di kelas. Guru lebih banyak mengeluh bahwa bukunya terlalu tebal, dan memuat terlalu banyak. Andai guru mampu memanfaatkan potensi ini dengan baik, kurikulum 2013 tentunya akan terimplementasikan secara lebih baik. Namun itu semua bukan kesalahan guru semata. Pelatihan yang diterima oleh para guru tentang : (a) hakikat dari kurikulum 2013, (b) memahami buku siswa dan buku panduan guru, (c) memanfaatkan buku siswa dan buku panduan guru untuk menyusun dan menjalankan pembelajaran yang dituntut dalam kurikulum 2013, dan (d) melaksanakan penilaian otentik, terkesan sangat minim waktu. Pelatihan yang hanya berlangsung kurang dari satu minggu membuat para guru merasa over loaded. Mereka merasa harus belajar banyak hal hanya dalam rentang waktu yang Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 12

singkat. Hal ini masih diperparah dengan minimnya kegiatan pendampingan bagi guru di kelas. Guru kurang mendapatkan dukungan yang optimal untuk menjalankan kurikulum 2013 dengan baik. Oleh karena itu, masih banyak hal yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk memungkinkan penerapan Kurikulum 2013 secara lebih baik.

LANTAS BAGAIMANA? Sebagai tenaga yang professional, sebenarnya seorang guru tidak perlu menunggu pelatihan dari pemerintah. Guru harus bersikap proaktif dan kreatif mengembangkan profesionalisme mereka. Guru harus mengembangkan potensi mereka agar mampu menyikapi tuntutan-tuntutan perubahan dalam kurikulum 2013 dengan baik. Dengan informasi yang berlimpah, dan fasilitas komunikasi yang lebih mudah saat ini, guru sebenarnya bisa membentuk jejaring untuk saling belajar dan berbagi ide, pengalaman, serta hasil karyanya. Para dosen, guru, bahkan siswa, kepala sekolah, dan pengawas bisa saja membentuk grup untuk saling belajar bersama. Penulis sudah memanfaatkan salah satu fasilitas dari Facebook, dengan membentuk facebook group yang penulis beri nama “Pusat Pengembangan Pendidikan Matematika Sekolah”. Melalui facebook ini, penulis berbagi ide, wawasan, temuan, dan bahkan masalah dengan sesama anggota. Grup yang beranggotakan sebanyak 13.500 anggota dan terdiri dari dosen, guru, pengawas, kepala sekolah dan bahkan guru telah mampu membantu memberikan pencerahan kepada anggotanya untuk belajar tentang Kurikulum 2013. Sehubungan dengan itu, guru bisa saja menggunakan fasilitas facebook atau fasilitas jejaring sosial lainnya untuk membentuk kelompok belajar bersama. Terkait dengan bahan ajar, di samping memperbaiki buku siswa dan buku guru, saat ini pemerintah sedang dalam proses akhir pembuatan kelas 2, 5, 8, dan 11. Beberapa penyederhanaan dan perbaikan telah dilakukan. Tugas kita sebagai guru adalah mempelajari buku-buku tersebut sebaik mungkin dan memanfaatkannya dengan optimal di dalam pembelajaran. Terkait dengan peningkatan mutu penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar sedang mengembangkan program peningkatan mutu pembelajaran yang difokuskan kepada upaya membantu guru menerapkan pendekatan saintifik Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 13

dengan baik. Mudah-mudahan program ini bisa menyentuh langsung ke guru di kelas, dan tidak berhenti hanya di tataran pembina peningkatan mutu pembelajaran saja. Tetap belajar dengan tekun adalah kunci utama untuk mampu menjalankan kurikulum 2013 dengan baik. Guru harus memiliki karakter pantang menyerah, rasa malu kalau tidak mampu menjalankan kurikulum 2013 dengan sebaik mungkin. Kita harus tetap belajar dan belajar. Continues learning. Semoga kita bisa memberikan makna bagi lingkungan kita. Panduan tertulis yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mudah-mudahan dapat dipelajari, dipahami, dicobakan, dan direnungkan pengembangannya lebih jauh. Semoga.

REFERENSI Devlin-Foltz, B. & McInvaine, S. 2008. Teacher Preparation for the Global Age: The Imperative for Change. Longview Foundation. Gardner, H. 2010. Multiple Intelligences. http://www.howardgardner.com/MI/mi.html diunduh tanggal 4 Maret 2014 pukul 08.53. Kemdikbud, 2013. Peraturann Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemdikbud, 2013. Peraturann Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Standar Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar – Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Standar Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama – Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas – Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 14

Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Standar Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemdikbud, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Malaysia Educational Technology Division, Ministry of Education, 2006. ProjectBased Learning Handbook: Educating the Millenial Learner. Kuala Lumpur: Communication and Training Sector, Educational Technology Division, Ministry of Education. Suarez-Orozco, M. & Sattin, C. 2007. Learning in the Global Era: Introduction. Dalam Marcello Suarez-Orozco (ed). Learning in the Global Era: International Perspectives on Globalization and Education. Berkeley: University of California Press.

Seminar Internasional U M Ponorogo, 8 Maret 2014: K-13 Implmenetation from Global Perspective

Page 15

View more...

Comments

Copyright © 2017 DATENPDF Inc.